Rabu, 24 Desember 2014

DIARE NEONATUS



DIARE PADA NEONATUS


1.        Pengertian Diare
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yan ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004)

2.        Etiologi Diare

Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist dan Camilleri, 2005). Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans) (Kliegman, 2006) . Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2000).


3.    Patogenesis

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus ini  menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang, 2004).
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan merusakkan sel-sel epitel tersebut . Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau  sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vlli usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik  usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman, 2006)


4.    Macam-macam Diare

Menurut WHO (2005) diare dapat diklasifikasikan kepada:

1.      Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna, 1993).

Ø  Patogenesis Diare Akut
1.      Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2.       Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3.       Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4.      Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.


2.      Disentri, yaitu diare yang disertai dengan darah. Disentri, merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (J. Kopecko, 2005)


Ø  Tanda Gejala

a.       Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis,  pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b.       Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
c.       Muntah-muntah.
d.      Anoreksia.
e.       Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f.        Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).


3.Diare persisten, yaitu episode diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung  selama 14 hari atau lebih. Diare persisten dibedakan dari diare melanjut, yaitu episode diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari.

4.Diare yang disertai dengan malnutrisi berat

Diare anak dengan malnutrisi cenderung lebih berat, lebih lama dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada anak dengan gizi baik. Malnutrisi terjadi melalui mekanisme, meliputi penekanan faktor imunitas, perubahan struktur mukosa usus dan defisiensi mikronutrien seng dan vitamin A. Malnutrisi mengakibatkan kerusakan barier mukosa sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Malnutrisi mengganggu produksi dan maturasi dari enterosit baru sehingga merubah morfologi intestinal.Penelitian ini tidak menyertakan subyek dengan status gizi buruk, sehingga faktor gizi buruk sebagai perancu dapat disingkirkan.





5.      Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare pada bayi adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2.      Diatetik (pemberian makanan)
3.      Obat-obatan
4.      Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.  Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
b.  Sesuaikan dengan umur anak:  <2 tahun diberikan ½ gelas, 2-6 tahun diberikan 1 gelas, >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
5.  Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
6. Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat















6.         Penyebab Diare Pada Bayi

Diare dapat disebabkan antara lain :
  1. Infeksi virus (tersering rotavirus)
  2. Bakteri
  3. Parasit
  4. Anak yang sedang menjalani terapi antibiotik
  5. Alergi susu formula
  6. Bayi diberi makanan yang tidak sesuai dengan umurnya
  7. Keracunan makanan
  8. Memakan makanan yang asam, pedas atau bersantan sekaligus secara berlebihan
  9. Akibat infeksi dari penyakit lain seperti infeksi saluran kemih, campak dan lain-lain. Infeksi saluran kemih salah satunya disebabkan oleh bakteri E.coli, yang merupakan bakteri yang dapat menyababkan diare pada balita. Akibat imunisasi campak juga berpotensi menyebabkan diare dikarenakan setelah anak melakukan imunisasi campak, efek biasa yang ditimbulkan biasanya adalah timbul demam, sehingga menyebabkan sistem imunologi pada anak menurun menyebabka bakteri-bakteri lebih mudah masuk termasuk bakteri penyebab diare

7.             Cara penularan Diare
Diare dapat ditular melalui beberapa cara antara lain oleh :
1.      Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2.      Anak bermain dengan mainan yang sudah terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukkan apapun kedalam mulutnya.
3.      Pengunaan sumber air yang sudah tercemar
4.      Tidak memasak air sampai mendidih
5.      Orang yang menyiapkan makanan anak tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau setelah membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegangnya.
6.      Pencucian peralatan makan dan minum menggunakan air yang tidak bersih
7.      Botol susu tidak di rebus terlebih dahulu sebelum digunakan



8.                         Tanda-Tanda Dehidrasi pada bayi yang mengalami Diare
Saat diare, anak mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui buang air besarnya. Bila kehilangan cairan dan elektrolit tersebut tidak mendapatkan penggantian, maka anak akan mengalami dehidrasi bisa ringan, sedang ataupun berat.
Pada bayi dan anak yang mengalami dehidrasi akan menunjukkan tanda-tanda di bawah ini :
  1. Dehidrasi ringan sampai sedang : anak rewel, gelisah, tampak kehausan, mata terlihat lebih cekung daripada biasanya, tes cubitan di kulit (turgor) kembalinya lambat
  2. Dehidrasi berat : anak tidak sadar, mata cekung, sangat lesu, lemah, tidak merasa haus, tes turgor kembalinya sangat lambat, air kencing sedikit bahkan sampai tidak kencing, anak menangis tapi tidak keluar air mata. Pada bayi usia < 12 bulan terlihat ubun-ubun kepala terlihat cekung.
Cara pemeriksaan turgor kulit adalah dengan menjepit atau mencubit kulit selama 30-60 detik kemudian dilepaskan. Bila turgor kulit masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila turgor kulit tidak baik, maka kembalinya kulit akan lambat, kondisi tersebut menunjukkan bahwa anak mengalami dehidrasi.
PENANGANAN :
Penanganan diare ditujukan untuk mengobati gejala yang ada, mencegah dan menanggulangi dehidrasi dan keseimbangan elektrolit serta mencegah dan menanggulangi gangguan gizi. Jadi untuk melaksanakan terapi diare harus secara secara komprehensif, efisien dan efektif.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
  1. Memberikan makanan yang kaya gizi
  2. Makan lebih sering dengan porsi yang lebih sedikit
  3. Jangan makan atau minum terlalu cepat
  4. Berikan ASI atau susu formula lebih sering
  5. Berikan asupan zinc
  6. Berikan cairan yang mengandung elektrolit (oralit) setiap buang air besar (BAB). Bila tidak ada oralit dapat menggunakan air tajin atau kuah sayur. Pemberian cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering mungkin
  7. Tidak minum minuman yang manis
  8. Bila anak disertai muntah, tunggu 10 menit kemudian lanjutkan dengan pemberian oralit sedikit demi sedikit
  9. Memberikan probiotik yang dapat dicampur dalam minuman ataupun makanan anak. Tujuan pemberian probiotik adalah memperbanyak kuman baik sehingga dapat mempersingkat lamanya diare
  10. Jangan berikan obat untuk menghentikan diare apapun kecuali obat dari dokter
  11. Segera bawa ke rumah sakit bila diare terus berlanjut dan anak terlihat semakin lemah








9.    Pencegahan Diare

Berikut beberapa tips yang dapat mencegah bayi dan anak terserang diare, antara lain:
  1. Memberikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan
  2. Setelah bayi berusia 6 bulan beri tambahan makanan pedamping ASI secara bertahap dalam jumlah dan kelembutannya
  3. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir sebelum menyiapkan makanan untuk bayi dan anak serta setelah BAB
  4. Memasak air minum sampai mendidih
  5. Merebus botol susu sebelum dipakai
  6. Mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih dan membilasnya dengan air matang
  7. Membiasakan buang sampah pada tempatnya
  8. Anak – anak jangan bermain di tempat yang kotor
  9. Biasakan anak mencuci tangan sebelum makan atau minum dan setelah menggunakan kamar mandi
  10. Tutup makanan atau minuman sehingga terhindar dari binatang
  11. Kenali jenis makanan yang dapat menimbulkan alergi terutama pada balita.
  12. Bersihkan alat bermain si kecil serta lingkungan rumah secara teratur
  13. Sajikan makanan yang dimasak atau di goreng. Jika belum diolah masukkan ke dalam kulkas, karena membiarkan makanan pada suhu kamar dapat mendorong pertumbuhan bakteri
  14. Pemberian vaksin rotavirus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar