Jumat, 16 Januari 2015

KONSEPSI





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada penulisan makalah ini, kami mengangkat tema Kesehatan Reproduksi & KB dengan judul Konsepsi sebagai topik dari pembahasan pada makalah ini. Pemilihan konsepsi sebagai judul makalah ini karena kami ingin mengulas tentang informasi mengenai konsepsi yang kami ketahui.
Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi.
Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan jumlah spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus melintasi uterus menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam rongga uterus dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, kami menyusun beberapa pertanyaan sebagai rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1.         Apa definisi dari konsepsi dan bagaimana proses terjadinya konsepsi?
2.         Bagaimana definisi singkat tentang jenis-jenis konsepsi?
3.         Bagaimana perubahan fisiologi pada masa kehamilan?
4.         Apa saja kelainan yang dapat mengganggu saat konsepsi terjadi?
Agar dapat memahami beberapa rumusan masalah yang telah kami sebutkan di atas, kami akan membahas masalah tersebut pada bagian pembahasan.

C.    TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah Kesehatan Reproduksi & KB di kampus Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang. Selain itu, penulisan dari makalah ini juga bertujuan untuk memberikan sedikit informasi yang kami ketahui kepada pembaca mengenai konsepsi atau yang sering disebut dengan pembuahan.

D.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Definisi Konsepsi dan Proses Konsepsi
Pada pembahasan kali ini, kami akan membahas masalah yang telah kami pilih sebagai rumusan masalah. Kami akan memberikan sedikit informasi mengenai konsepsi yang kami ketahui, berikut penjelasannya.
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel sperma dengan sel telur di dalam tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi jika beberapa kriteria berikut terpenuhi:
a.       Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat
b.      Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi
c.       Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi
d.      Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum
Konsepsi memiliki kemungkinan paling berhasil jika hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi. Sperma dapat hidup selama 3-4 hari di dalam saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada di dalam tuba falopi saat ovulasi terjadi karena ovum hanya bisa hidup selama 12-24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indikator ovulasi yang paling kuat adalah status lendir serviks yang menjadi transparan, licin dan banyak (Flynn, 1992). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lendir kembali menjadi kental, lengket dan jumlahnya menurun (Norman, 1986).
Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0.2°C segera setelah ovulasi. Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi (berlangsung kurang lebih 7 jam). Pada proses ini membran sperma menjadi rapuh (fragile) dan melepaskan enzim hidrolitik dan akrosom (lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma). Enzim ini (hialuronidase dan proteinase) harus mencerna korona radiate dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membran ovum. Walau pun banyak sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum.
Segera setelah satu sperma memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula-mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membran ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluarkan dari ovum. Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada di dalam sitoplasma perifer, sementara nukleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita menurun dari 46 menjadi 23. Nukleus sperma menjadi membengkak dam saling mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat  terbentuk suatu “kumparan” di antara kedua nukleus.
Proses konsepsi merupakan proses awal terbentuknya janin. Saat berhubungan intim, seorang suami akan mengeluarkan sperma sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc sperma normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah sperma ini terpancar atau ejakulasi ke dalam rahim istri, jutaan sel sperma akan berlarian melintasi rongga rahim untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. Dari sekian juta sel sperma yang berenang, hanya 1 sel sperma yang diterima oleh sel telur dan diijinkan membuahi. Setelah 1 sel sperma yang berhasil membuahi sel telur, maka terjadilah perubahan pada permukaan sel telur hingga tak bisa lagi dimasuki oleh sel sperma lainnya. Sehingga jutaan sel sperma lainnya akan mati dengan sendirinya.
Proses pembuahan ini terjadi di dalam tuba falopi, yaitu saluran kecil yang menghubungkan antara kandung telur dengan rongga rahim. Kandung telur dan rahim ini terletak pada suatu tempat yang terpisah dan saluran tuba ini menghubungkan antara keduanya. Ketika masa subur, sel telur matang yang akan keluar dari kandung telur memang mampu bergerak menuju ke dalam lubang saluran tuba untuk selanjutnya menunggu kedatangan sel sperma. Umur sperma bisa bertahan antara 1-3 hari dalam alat kandungan istri setelah dipancarkan. Tidak seperti sel telur matang yang hanya mampu hidup beberapa jam setelah ovulasi. Mengingat lamanya umur sperma ini, maka hubungan suami istri yang dilakukan pada 3 hari sebelum masa ovulasi pun masih berpeluang untuk kehamilan.
Ketika sel telur dibuahi, di dalam inti sel telur akan terjadi reaksi persenyawaan antara sifat-sifat atau kromosom dari sel telur dengan sifat yang dibawa oleh sperma. Hasil persenyawaan sifat yang berasal dari sebuah sel sperma dan sel telur ini menetukan sifat yang akan dimiliki oleh calon janin. Dengan demikian kelak akan terwujud anak yang memiliki sebagian sifat ayah dan sebagian sifat dari ibu. Pada saat pembuahan pun jenis kelamin sudah ditentukan, namun bukan oleh sel telur tapi ditentukan oleh jenis sel sperma. Di dalam air mani terdapat 2 jenis sperma, yaitu sel sperma X sebagai pembawa sifat kelamin perempuan dan sel sperma Y sebagai pembawa sifat kelamin laki-laki.
Bila yang berhasil membuahi sel telur adalah sperma jenis X maka kelak akan menjadi anak perempuan. Sedangkan sebaliknya bila yang membuahi adalah sel sperma jenis Y maka anaknya kelak adalah laki-laki. Jadi penentuan jenis kelamin ini bergantung pada persaingan di antara kedua jenis sperma ini dalam mencapai sel telur ketika pembuahan. Dengan demikian secara teoritis untuk mengharapkan jenis kelamin anak yang diinginkan kelak lahir, bisa diusahakan berdasarkan karakteristik sel-sel sperma. Prinsipnya yaitu dengan memberikan kesempatan prioritas membuahi pada salah satu jenis sperma apakah sperma X ataukah Y sesuai yang diharapkan.
Dalam keadaan normal, setelah sel telur ini dibuahi oleh sel sperma di saluran tuba, selanjutnya calon janin ini akan bergerak melalui saluran tersebut menuju ke dalam rahim. Sesampainya di rongga rahim kemudian hasil pembuahan ini menempel dan tertanam pada lapisan permukaan dinding rongga di dalam rahim. Pada sekitar hari ke-6 setelah pembuahan, calon janin ini biasanya sudah berhasil menempel dan tertanam di dalam rongga rahim. Selanjutnya buah kehamilan ini akan terus tumbuh dan berkembang mengisi rongga rahim serta mendapatkan berbagai sumber makanan, oksigen, dll dari tubuh ibu melalui tali pusat dan ari-ari (plasenta). Pada kehamilan 4 bulan, seluruh organ tubuh janin sudah terbentuk sempurna. Setelah itu, janin akan bertambah besar dan matang sampai akhirnya menjadi bayi yang siap untuk dilahirkan. Seperti itulah proses pembuahan pada manusia. Berikut ini adalah gambar mengenai proses terjadinya konsepsi:


B.        Jenis-jenis Konsepsi
1.         Kehamilan di Luar Kandungan
Kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan, artinya bahwa sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma tidak menempel di dalam rahim. Sel telur yang sudah dibuahi bisa menempel di tuba falopi, ovarium, perut atau leher rahim. Apabila konsepsi menempel pada salah satu organ-organ itu, konsepsi tidak bisa berkembang menjadi embrio karena organ tersebut tidak cukup memiliki ruang ataupun jaringan yang bersifat melindungi seperti rahim. Jika embrio sampai tumbuh, calon ibu beresiko mengalami perdarahan dan terancam. Janin kehamilan ektopik hamper tidak pernah lahir hidup, bahkan biasanya gugur pada 8 minggu pertama.
Gejalanya adalah mual, muntah, pusing, lemah dan rasa sakit pada salah satu bagian di perut bawah serta disertai perdarahan ringan. Jika tuba falopi pecah, akan terjadi perdarahan dalam yang sangat serius serta timbul rasa sakit sampai calon ibu bisa pingsan.
Tindakan untuk mengatasi masalah tergantung pada lokasi dan usia kehamilan. Bila masalah ini terdiagnosa pada awal kehamilan, anda akan disuntik methotrexate untuk menggugurkan konsepsi tersebut. Jika kehamilan sudah beberapa minggu, anda perlu dioperasi untuk mengangkat konsepsi itu keluar. Konsepsi bisa juga dikeluarkan melalui laporoskopi, operasi dengan invasi minimal terhadap tubuh. Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik masih bisa hamil normal dan sehat pada kehamilan berikutnya.
2.         Kehamilan dengan Kista
Kista adalah kantung berisi cairan yang muncul secara tidak normal dalam jaringan tubuh. Kista dapat muncul di berbagai organ tubuh. Salah satunya pada indung telur. Kista yang muncul di dalam indung telur bisa sebesar kacang atau bahkan besar sekali, lebih besar dari ukuran bayi. Kebanyakan jenis ini tidak berbahaya dan sering ditemukan pada wanita usia subur. Beberapa dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit. Ada pula kista yang berupa karsinoma (bibit kanker). Bila kista ini merupakan bibit kanker, anda perlu berkonsultasi pada dokter onkologi.
Gejalanya adalah rasa sakit pada perut bawah, otot pelvis, vagina, paha, dan punggung bawah. Rasa sakit ini bisa terasa terus-menerus atau hilang timbul. Gejala lainnya adalah rasa mual, muntah, pertambahan berat badan, kelelahan, pertumbuhan rambut di tubuh dan wajah meningkat. Timbulnya kista jenis ini dapat berpengaruh pada siklus menstruasi dan timbulnya rasa sakit sebelum atau pada masa menstruasi.
Tindakan untuk mengatasi kista tergantung pada ukuran, gejala, dan jenis keganasan kista tersebut. Kista ada berbagai macam. Dokter anda akan menentukan perawatan setelah pemeriksaan menyeluruh. Bila kista timbul tanpa rasa ketidaknyamanan, anda hanya perlu pemeriksaan teratur ke Ginekolog. Bila kista ada rasa sakit, diatasi obat seperti ibuprofen atau acetaminophen. Bila kista lebih dari 5 cm, baik anda dalam keadaan hamilatau tidak, maka kista tersebut harus diangkat melalui operasi. Operasi pengangkatan kista pada wanita hamil harus menunggu sampai janin berusia 4 bulan. Pada beberapa kasus, kista bisa hancur dengan sendirinya. Kalaupun kista tidak hancur, janin tetap bisa berpeluang lahir selamat.
3.         Kehamilan Anggur
Kehamilan anggur adalah kehamilan dengan plasenta yang tidak normal karena masalah yang muncul pada saat sel telur dan sperma bergabung. Masalah ini disebabkan oleh ketidaksempurnaan genetik pada saat pembuahan, sehingga ada pertumbuhan jaringan abnormal di dalam rahim.kehamilan anggur jarang menghasilkan embrio yang berkembang. Yang lebih cepat tumbuh justru bahan-bahan pendukung janin ketimbang janin itu sendiri. Bahan-bahan ini adalah sel-sel yang berbentuk seperti kumpulan angggur sehingga kehamilan ini populer disebut sebagai hamil anggur. Kehamilan anggur bisa terjadi tanpa janin sama sekali. Hal ini terjadi ketika sperma membuahi telur yang kosong sehingga tidak ada embrio tetapi hanya ada plasenta di dalam rahim. Plasenta tumbuh dan memproduksi hormon kehamilan sehingga muncul tanda positif pada test pack anda.
Gejalanya adalah pembesaran rahim lebih cepat dari yang semestinya, peningkatan tekanan darah, mual, muntah, vlek, dan perdarahan, serta dapat memiliki gejala sakit tiroid. Periksakan leher rahim untuk mengetahui tanda-tanda yang lain seperti rahim membesar atau mengecil, ovarium yang membesar, serta mendeteksi kadar hormon hCG yang abnormal. Kehamilan anggur dapat terlihat melalui USG.
Tindakan untuk mengatasinya adalah kuretase. Anda yang pernah mengalami kehamilan anggur perlu menunggu satu tahun sebelum mulai hamil kembali. Bila anda pernah hamil anggur, sebaiknya tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi.

C.       Perubahan Fisiologi pada Masa Kehamilan
1.      Perubahan pada Alat Eksterna dan Interna
a.       Vagina dan Vulva
ü  Vaskularisasi vagina meningkat sampai terjadi warna kebiru-biruan (tanda chadwicks)
ü  Jaringan ikat vagina mengalami restensi air dan elektrolit sehingga longgar
ü  Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan
ü  Mukosa vagina makin menebal
ü  Otot polos hipertropi

b.      Serviks
Karena vaskularisasi darah pelvis meningkat saat hamil, maka terjadi:
ü  Edema, hyperplasia dan hipertropi kelenjar serviks
ü  Vaskularisasi meningkat, sampai terjadi perubahan warna menjadi kebiruan
ü  Kanalis serviks tertutup oleh plak mukosa sehingga tidak terjadi infeksi asendens dari vagina
ü  Pada akhir kehamilan terjadi kenaikan hormon sehingga pelunakan pada serviks disebut tanda Goodell
c.       Uterus
ü  Letak
Awal kehamilan = antefleksi/retrofleksi, 12 minggu = vertical, 4 bulan dalam rongga pelvis, lebih dari 4 bulan naik memasuki abdomen dapat mencapaibatas hati, condong ke kanan. Setelah 36 minggu turun ke dalam pelvis. Bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah lebih besar dari bagian lainnya sehingga menyebabkan uterus tidak rata disebut tanda Piscasek.
ü  Bentuk
Awal = seperti buah alpukat, 2 bulan = telur bebek, 3 bulan = telur angsa, 4 bulan = bulat, 5 bulan = teraba berisi cairan ketuban. Dinding rahim terasa tipis, bagian-bagian janin dapat diraba. Akhir = bujur telur.
ü  Ukuran
Aterm = panjang 30 cm, lebar 23 cm, tebal 20 cm.
d.      Endometrium
Akan menjadi lebih tebal dan lebih vaskuler (kaya pembuluh darah) setelah hasil konsepsi tertanam, dibandingkan dengan endometrium yang tidak hamil.
e.       Miometrium
Dinding otot uterus menjadi lebih tipis, karena peregangan uterus. Peningkatan kadar estrogen akan merangsang kontraksi miometrium terjadi dari minggu ke-8 sampai minggu berikutnya (kontraksi Braxton Hicks).
f.       Peritoneum
Bertumbuh dengan kecepatan yang sesuai dengan pertambahan besar uterus dan tetap melapisi uterus tersebut secara halus dan merata.
g.      Ovarium
Korpus luteum dipertahankan selama kehamilan sampai umur 16 minggu. Puncak fungsi luteum pada minggu ke 6-7 dan selanjutnya menurun. Hilangnya korpus luteum sebelum minggu ke-7 menyebabkan abortus spontan. Fertilisasi dan implantasi membuat berhentinya maturasi folikel dan ovulasi. Dalam perjalanan kehamilan terjadi perubahan fungsi plasenta meningkat dan fungsi ovarium menurun.
h.      Tuba Fallopi
ü  Mengalami hipertropi
ü  Selnya mendatar, seolah-olah membentuk desidua karena pengaruh estrogen dan progesteron

2.      Perubahan pada Payudara
ü  Mamae membesar
ü  Hiperpigmentasi areola mamae
ü  Tampak glandula mantgomeri
ü  Putting susu makin menonjol
ü  ASI belum keluar dikarenakan prolaktin belum berfungsi
ü  Terjadi hambatan PHI (Prolaktin Inhibitning Hormone)
ü  Setelah persalinan tidak ada hambatan PHI
ü  Terjadi pembuatan ASI

D.       Kelainan pada Saat Konsepsi
1.      Hiperemesis Gravidarum
“Morning sickness” dengan muntah terus menerus, makan kurang dapat menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari. Dalam situasi demikian disebut Hiperemesis Gravidarum. Pada tingkat ringan, sebaiknya memeriksakan diri dengan gejala muntah berlebihan, keadaan lemas dan lemah, sakit pada ulu hati (perut bagian atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor (kekenyalan) kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi meningkat, dan tekanan darah menurun.
Hiperemesis sulit dirawat dengan pengobatan biasa dan perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan cairan pengganti sehingga sirkulasi darah segera kembali, serta meningkatkan metabolisme tubuh. Pada tingkat ringan belum terjadi gangguan metabolisme dan merupakan waktu yang tepat untuk mendapat pengobatan yang adekuat. Dengan makin meningkatnya muntah keadaan ibu semakin bertambah buruk.
2.      Varises
Wanita hamil sering mengeluh tentang pelebaran pembuluh darah yang terjadi pada tungkai, vagina, vulva, dan terjadi wasir. Selain tampak kurang estetik, pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun saat persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan makin tua dan segera akan menghilang atau berkurang setelah persalinan.
Penyebab varises adalah faktor herediter dan dirangsang oleh meningkatnya hormon estrogen dan progesterone atau faktor lainnya. Varises yang terdapat di tungkai dapat diatasi dengan cara tidak terlalu banyak berdiri, saat tidur kaki ditinggikan atau memakai stoking. Varises yang pecah pada waktu hamil dapat diatasi dengan cara menjahit kembali sehingga perdarahan berhenti. Kesulitan yang mungkin dijumpai adalah saat persalinandengan varises vulva yang besar sehingga saat episiotomy dapat terjadi perdarahan.
Dengan beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vagina dan vulva yang besar dapat dianjurkan persalinan dengan resiko caesaria. Wanita hamil dengan keluhan wasir untuk sementara diatasi dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung. Setelah persalinan berakhir keluhan wasir berkurang sampai menghilang dan tidak memerlukan tindakan lagi.
3.      Fistula
Kejadian fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang terjadi. Fistula terjadi karena tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada di dasar panggul dan jalan lahir. Oleh karena itu setelah melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.
Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum selalu dipasang kateter menetap sehingga faskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan terhindar dari nekrosis dan fistula. Operasi rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya belum memuaskan. Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk pada saat mencapai garis waspada sehingga dapat dilakukan tindakan tepat dan cepat untuk dapat menurunkan morbiditas dan moralitas. Pada kasus ibu hamil yang pernah menjalani operasi rekonstruksi fistula, persalinan selalu dilakukan dengan tindakan operasi secio caesaria.
4.      Hematoma
Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada saat persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat besar disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif. Pada hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat pembuluh darah yang pecah.
Hematoma yang terjadi pada pertolongan persalinan saat ini sudah jarang terjadi apalagi kehamilan grandemultipara hematoma sebaiknya mengirimkan penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolongan yang adekuat.






BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel sperma dengan sel telur di dalam tuba falopi. Selain itu, kita juga dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya konsepsi, jenis-jenis konsepsi, serta kelainan yang dapat terjadi pada saat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar