BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada penulisan makalah ini, kami mengangkat tema Kesehatan
Reproduksi & KB dengan judul Konsepsi sebagai topik dari pembahasan pada
makalah ini. Pemilihan konsepsi sebagai judul makalah ini karena kami ingin
mengulas tentang informasi mengenai konsepsi yang kami ketahui.
Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian
konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma. Peristiwa
konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus
menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap
untuk dibuahi.
Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks
posterior, dengan jumlah spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari
serviks terus melintasi uterus menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi
pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui
vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel
telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan
tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam rongga uterus dan
tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, kami menyusun beberapa pertanyaan
sebagai rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1.
Apa
definisi dari konsepsi dan bagaimana proses terjadinya konsepsi?
2.
Bagaimana
definisi singkat tentang jenis-jenis konsepsi?
3.
Bagaimana
perubahan fisiologi pada masa kehamilan?
4.
Apa
saja kelainan yang dapat mengganggu saat konsepsi terjadi?
Agar dapat
memahami beberapa rumusan masalah yang telah kami sebutkan di atas, kami akan
membahas masalah tersebut pada bagian pembahasan.
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kami pada mata kuliah Kesehatan Reproduksi & KB di kampus Akademi
Kebidanan Abdi Husada Semarang. Selain itu, penulisan dari makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan sedikit informasi yang kami ketahui kepada pembaca
mengenai konsepsi atau yang sering disebut dengan pembuahan.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Konsepsi dan Proses Konsepsi
Pada
pembahasan kali ini, kami akan membahas masalah yang telah kami pilih sebagai
rumusan masalah. Kami akan memberikan sedikit informasi mengenai konsepsi yang
kami ketahui, berikut penjelasannya.
Konsepsi
adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel sperma dengan sel telur di dalam
tuba falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat
melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida
mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat
terjadi jika beberapa kriteria berikut terpenuhi:
a. Senggama harus terjadi pada bagian
siklus reproduksi wanita yang tepat
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum
yang sehat pada saat ovulasi
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang
cukup normal dan sehat selama ejakulasi
d. Tidak ada barier atau hambatan yang
mencegah sperma mencapai penetrasi dan akhirnya membuahi ovum
Konsepsi memiliki kemungkinan paling berhasil jika hubungan seksual
berlangsung tepat sebelum ovulasi. Sperma dapat hidup selama 3-4 hari di dalam
saluran genetalia wanita dan idealnya harus berada di dalam tuba falopi saat
ovulasi terjadi karena ovum hanya bisa hidup selama 12-24 jam. Wanita dapat
memprediksi ovulasi dengan memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar
waktu ovulasi, serviks memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu
indikator ovulasi yang paling kuat adalah status lendir serviks yang menjadi
transparan, licin dan banyak (Flynn, 1992). Lendir tersebut juga dapat
direnggangkan, suatu materi yang disebut spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lendir
kembali menjadi kental, lengket dan jumlahnya menurun (Norman, 1986).
Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah
mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0.2°C segera setelah
ovulasi. Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum,
sperma harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi (berlangsung
kurang lebih 7 jam). Pada proses ini membran sperma menjadi rapuh (fragile) dan
melepaskan enzim hidrolitik dan akrosom (lapisan seperti helm yang menutupi
kepala sperma). Enzim ini (hialuronidase dan proteinase) harus mencerna korona
radiate dan zona pelusida sebelum dapat mencapai membran ovum. Walau pun banyak
sperma terlibat dalam proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan
mempenetrasi ovum.
Segera setelah satu sperma memasuki ovum, perubahan kimia terjadi.
Perubahan kimia ini mula-mula mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan
membran ovum dan pada akhirnya semua sperma yang tersisa dikeluarkan dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada di dalam sitoplasma
perifer, sementara nukleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita
menurun dari 46 menjadi 23. Nukleus sperma menjadi membengkak dam saling
mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu “kumparan” di antara kedua
nukleus.
Proses konsepsi merupakan proses awal terbentuknya janin. Saat
berhubungan intim, seorang suami akan mengeluarkan sperma sebanyak 3 cc, dan
setiap 1 cc sperma normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah
sel sperma. Setelah sperma ini terpancar atau ejakulasi ke dalam rahim istri,
jutaan sel sperma akan berlarian melintasi rongga rahim untuk mencapai sel
telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. Dari sekian juta sel
sperma yang berenang, hanya 1 sel sperma yang diterima oleh sel telur dan
diijinkan membuahi. Setelah 1 sel sperma yang berhasil membuahi sel telur, maka
terjadilah perubahan pada permukaan sel telur hingga tak bisa lagi dimasuki
oleh sel sperma lainnya. Sehingga jutaan sel sperma lainnya akan mati dengan
sendirinya.
Proses pembuahan ini terjadi di dalam tuba falopi, yaitu saluran
kecil yang menghubungkan antara kandung telur dengan rongga rahim. Kandung
telur dan rahim ini terletak pada suatu tempat yang terpisah dan saluran tuba
ini menghubungkan antara keduanya. Ketika masa subur, sel telur matang yang
akan keluar dari kandung telur memang mampu bergerak menuju ke dalam lubang
saluran tuba untuk selanjutnya menunggu kedatangan sel sperma. Umur sperma bisa
bertahan antara 1-3 hari dalam alat kandungan istri setelah dipancarkan. Tidak
seperti sel telur matang yang hanya mampu hidup beberapa jam setelah ovulasi. Mengingat
lamanya umur sperma ini, maka hubungan suami istri yang dilakukan pada 3 hari
sebelum masa ovulasi pun masih berpeluang untuk kehamilan.
Ketika sel telur dibuahi, di dalam inti sel telur akan terjadi
reaksi persenyawaan antara sifat-sifat atau kromosom dari sel telur dengan
sifat yang dibawa oleh sperma. Hasil persenyawaan sifat yang berasal dari
sebuah sel sperma dan sel telur ini menetukan sifat yang akan dimiliki oleh
calon janin. Dengan demikian kelak akan terwujud anak yang memiliki sebagian
sifat ayah dan sebagian sifat dari ibu. Pada saat pembuahan pun jenis kelamin
sudah ditentukan, namun bukan oleh sel telur tapi ditentukan oleh jenis sel
sperma. Di dalam air mani terdapat 2 jenis sperma, yaitu sel sperma X sebagai
pembawa sifat kelamin perempuan dan sel sperma Y sebagai pembawa sifat kelamin
laki-laki.
Bila yang
berhasil membuahi sel telur adalah sperma jenis X maka kelak akan menjadi anak
perempuan. Sedangkan sebaliknya bila yang membuahi adalah sel sperma jenis Y
maka anaknya kelak adalah laki-laki. Jadi penentuan jenis kelamin ini
bergantung pada persaingan di antara kedua jenis sperma ini dalam mencapai sel
telur ketika pembuahan. Dengan demikian secara teoritis untuk mengharapkan
jenis kelamin anak yang diinginkan kelak lahir, bisa diusahakan berdasarkan
karakteristik sel-sel sperma. Prinsipnya yaitu dengan memberikan kesempatan
prioritas membuahi pada salah satu jenis sperma apakah sperma X ataukah Y
sesuai yang diharapkan.
Dalam keadaan
normal, setelah sel telur ini dibuahi oleh sel sperma di saluran tuba,
selanjutnya calon janin ini akan bergerak melalui saluran tersebut menuju ke
dalam rahim. Sesampainya di rongga rahim kemudian hasil pembuahan ini menempel
dan tertanam pada lapisan permukaan dinding rongga di dalam rahim. Pada sekitar
hari ke-6 setelah pembuahan, calon janin ini biasanya sudah berhasil menempel
dan tertanam di dalam rongga rahim. Selanjutnya buah kehamilan ini akan terus
tumbuh dan berkembang mengisi rongga rahim serta mendapatkan berbagai sumber
makanan, oksigen, dll dari tubuh ibu melalui tali pusat dan ari-ari (plasenta).
Pada kehamilan 4 bulan, seluruh organ tubuh janin sudah terbentuk sempurna.
Setelah itu, janin akan bertambah besar dan matang sampai akhirnya menjadi bayi
yang siap untuk dilahirkan. Seperti itulah proses pembuahan pada manusia.
Berikut ini adalah gambar mengenai proses terjadinya konsepsi:
B.
Jenis-jenis
Konsepsi
1.
Kehamilan
di Luar Kandungan
Kehamilan
ektopik atau kehamilan di luar kandungan, artinya bahwa sel telur yang sudah
dibuahi oleh sperma tidak menempel di dalam rahim. Sel telur yang sudah dibuahi
bisa menempel di tuba falopi, ovarium, perut atau leher rahim. Apabila konsepsi
menempel pada salah satu organ-organ itu, konsepsi tidak bisa berkembang
menjadi embrio karena organ tersebut tidak cukup memiliki ruang ataupun
jaringan yang bersifat melindungi seperti rahim. Jika embrio sampai tumbuh,
calon ibu beresiko mengalami perdarahan dan terancam. Janin kehamilan ektopik
hamper tidak pernah lahir hidup, bahkan biasanya gugur pada 8 minggu pertama.
Gejalanya
adalah mual, muntah, pusing, lemah dan rasa sakit pada salah satu bagian di
perut bawah serta disertai perdarahan ringan. Jika tuba falopi pecah, akan
terjadi perdarahan dalam yang sangat serius serta timbul rasa sakit sampai
calon ibu bisa pingsan.
Tindakan
untuk mengatasi masalah tergantung pada lokasi dan usia kehamilan. Bila masalah
ini terdiagnosa pada awal kehamilan, anda akan disuntik methotrexate untuk
menggugurkan konsepsi tersebut. Jika kehamilan sudah beberapa minggu, anda
perlu dioperasi untuk mengangkat konsepsi itu keluar. Konsepsi bisa juga
dikeluarkan melalui laporoskopi, operasi dengan invasi minimal terhadap tubuh. Wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik masih bisa hamil normal dan sehat pada
kehamilan berikutnya.
2.
Kehamilan
dengan Kista
Kista
adalah kantung berisi cairan yang muncul secara tidak normal dalam jaringan
tubuh. Kista dapat muncul di berbagai organ tubuh. Salah satunya pada indung
telur. Kista yang muncul di dalam indung telur bisa sebesar kacang atau bahkan
besar sekali, lebih besar dari ukuran bayi. Kebanyakan jenis ini tidak
berbahaya dan sering ditemukan pada wanita usia subur. Beberapa dapat menyebabkan
perdarahan dan rasa sakit. Ada pula kista yang berupa karsinoma (bibit kanker).
Bila kista ini merupakan bibit kanker, anda perlu berkonsultasi pada dokter
onkologi.
Gejalanya
adalah rasa sakit pada perut bawah, otot pelvis, vagina, paha, dan punggung
bawah. Rasa sakit ini bisa terasa terus-menerus atau hilang timbul. Gejala
lainnya adalah rasa mual, muntah, pertambahan berat badan, kelelahan,
pertumbuhan rambut di tubuh dan wajah meningkat. Timbulnya kista jenis ini
dapat berpengaruh pada siklus menstruasi dan timbulnya rasa sakit sebelum atau
pada masa menstruasi.
Tindakan
untuk mengatasi kista tergantung pada ukuran, gejala, dan jenis keganasan kista
tersebut. Kista ada berbagai macam. Dokter anda akan menentukan perawatan
setelah pemeriksaan menyeluruh. Bila kista timbul tanpa rasa ketidaknyamanan,
anda hanya perlu pemeriksaan teratur ke Ginekolog. Bila kista ada rasa sakit,
diatasi obat seperti ibuprofen atau acetaminophen. Bila kista lebih dari 5 cm,
baik anda dalam keadaan hamilatau tidak, maka kista tersebut harus diangkat
melalui operasi. Operasi pengangkatan kista pada wanita hamil harus menunggu
sampai janin berusia 4 bulan. Pada beberapa kasus, kista bisa hancur dengan
sendirinya. Kalaupun kista tidak hancur, janin tetap bisa berpeluang lahir
selamat.
3.
Kehamilan
Anggur
Kehamilan
anggur adalah kehamilan dengan plasenta yang tidak normal karena masalah yang
muncul pada saat sel telur dan sperma bergabung. Masalah ini disebabkan oleh
ketidaksempurnaan genetik pada saat pembuahan, sehingga ada pertumbuhan
jaringan abnormal di dalam rahim.kehamilan anggur jarang menghasilkan embrio
yang berkembang. Yang lebih cepat tumbuh justru bahan-bahan pendukung janin
ketimbang janin itu sendiri. Bahan-bahan ini adalah sel-sel yang berbentuk
seperti kumpulan angggur sehingga kehamilan ini populer disebut sebagai hamil
anggur. Kehamilan anggur bisa terjadi tanpa janin sama sekali. Hal ini terjadi
ketika sperma membuahi telur yang kosong sehingga tidak ada embrio tetapi hanya
ada plasenta di dalam rahim. Plasenta tumbuh dan memproduksi hormon kehamilan
sehingga muncul tanda positif pada test pack anda.
Gejalanya
adalah pembesaran rahim lebih cepat dari yang semestinya, peningkatan tekanan
darah, mual, muntah, vlek, dan perdarahan, serta dapat memiliki gejala sakit
tiroid. Periksakan leher rahim untuk mengetahui tanda-tanda yang lain seperti
rahim membesar atau mengecil, ovarium yang membesar, serta mendeteksi kadar
hormon hCG yang abnormal. Kehamilan anggur dapat terlihat melalui USG.
Tindakan
untuk mengatasinya adalah kuretase. Anda yang pernah mengalami kehamilan anggur
perlu menunggu satu tahun sebelum mulai hamil kembali. Bila anda pernah hamil
anggur, sebaiknya tidak menggunakan IUD sebagai alat kontrasepsi.
C.
Perubahan
Fisiologi pada Masa Kehamilan
1.
Perubahan
pada Alat Eksterna dan Interna
a.
Vagina
dan Vulva
ü Vaskularisasi vagina meningkat sampai terjadi warna kebiru-biruan
(tanda chadwicks)
ü Jaringan ikat vagina mengalami restensi air dan elektrolit sehingga
longgar
ü Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan
ü Mukosa vagina makin menebal
ü Otot polos hipertropi
b.
Serviks
Karena
vaskularisasi darah pelvis meningkat saat hamil, maka terjadi:
ü Edema, hyperplasia dan hipertropi kelenjar serviks
ü Vaskularisasi meningkat, sampai terjadi perubahan warna menjadi
kebiruan
ü Kanalis serviks tertutup oleh plak mukosa sehingga tidak terjadi
infeksi asendens dari vagina
ü Pada akhir kehamilan terjadi kenaikan hormon sehingga pelunakan
pada serviks disebut tanda Goodell
c.
Uterus
ü Letak
Awal
kehamilan = antefleksi/retrofleksi, 12 minggu = vertical, 4 bulan dalam rongga
pelvis, lebih dari 4 bulan naik memasuki abdomen dapat mencapaibatas hati,
condong ke kanan. Setelah 36 minggu turun ke dalam pelvis. Bagian uterus yang
mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah lebih besar dari bagian
lainnya sehingga menyebabkan uterus tidak rata disebut tanda Piscasek.
ü Bentuk
Awal
= seperti buah alpukat, 2 bulan = telur bebek, 3 bulan = telur angsa, 4 bulan =
bulat, 5 bulan = teraba berisi cairan ketuban. Dinding rahim terasa tipis,
bagian-bagian janin dapat diraba. Akhir = bujur telur.
ü Ukuran
Aterm
= panjang 30 cm, lebar 23 cm, tebal 20 cm.
d.
Endometrium
Akan
menjadi lebih tebal dan lebih vaskuler (kaya pembuluh darah) setelah hasil
konsepsi tertanam, dibandingkan dengan endometrium yang tidak hamil.
e.
Miometrium
Dinding
otot uterus menjadi lebih tipis, karena peregangan uterus. Peningkatan kadar
estrogen akan merangsang kontraksi miometrium terjadi dari minggu ke-8 sampai
minggu berikutnya (kontraksi Braxton Hicks).
f.
Peritoneum
Bertumbuh
dengan kecepatan yang sesuai dengan pertambahan besar uterus dan tetap melapisi
uterus tersebut secara halus dan merata.
g.
Ovarium
Korpus
luteum dipertahankan selama kehamilan sampai umur 16 minggu. Puncak fungsi
luteum pada minggu ke 6-7 dan selanjutnya menurun. Hilangnya korpus luteum
sebelum minggu ke-7 menyebabkan abortus spontan. Fertilisasi dan implantasi
membuat berhentinya maturasi folikel dan ovulasi. Dalam perjalanan kehamilan
terjadi perubahan fungsi plasenta meningkat dan fungsi ovarium menurun.
h.
Tuba
Fallopi
ü Mengalami hipertropi
ü Selnya mendatar, seolah-olah membentuk desidua karena pengaruh
estrogen dan progesteron
2.
Perubahan
pada Payudara
ü Mamae membesar
ü Hiperpigmentasi areola mamae
ü Tampak glandula mantgomeri
ü Putting susu makin menonjol
ü ASI belum keluar dikarenakan prolaktin belum berfungsi
ü Terjadi hambatan PHI (Prolaktin Inhibitning Hormone)
ü Setelah persalinan tidak ada hambatan PHI
ü Terjadi pembuatan ASI
D.
Kelainan
pada Saat Konsepsi
1.
Hiperemesis
Gravidarum
“Morning
sickness” dengan muntah terus menerus, makan kurang dapat menyebabkan gangguan
suasana kehidupan sehari-hari. Dalam situasi demikian disebut Hiperemesis
Gravidarum. Pada tingkat ringan, sebaiknya memeriksakan diri dengan gejala
muntah berlebihan, keadaan lemas dan lemah, sakit pada ulu hati (perut bagian
atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor (kekenyalan) kulit berkurang,
lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi meningkat, dan tekanan darah menurun.
Hiperemesis
sulit dirawat dengan pengobatan biasa dan perlu dirawat di rumah sakit untuk
mendapatkan cairan pengganti sehingga sirkulasi darah segera kembali, serta
meningkatkan metabolisme tubuh. Pada tingkat ringan belum terjadi gangguan
metabolisme dan merupakan waktu yang tepat untuk mendapat pengobatan yang
adekuat. Dengan makin meningkatnya muntah keadaan ibu semakin bertambah buruk.
2.
Varises
Wanita
hamil sering mengeluh tentang pelebaran pembuluh darah yang terjadi pada tungkai,
vagina, vulva, dan terjadi wasir. Selain tampak kurang estetik, pelebaran
pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil
maupun saat persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan
makin tua dan segera akan menghilang atau berkurang setelah persalinan.
Penyebab
varises adalah faktor herediter dan dirangsang oleh meningkatnya hormon
estrogen dan progesterone atau faktor lainnya. Varises yang terdapat di tungkai
dapat diatasi dengan cara tidak terlalu banyak berdiri, saat tidur kaki
ditinggikan atau memakai stoking. Varises yang pecah pada waktu hamil dapat
diatasi dengan cara menjahit kembali sehingga perdarahan berhenti. Kesulitan
yang mungkin dijumpai adalah saat persalinandengan varises vulva yang besar
sehingga saat episiotomy dapat terjadi perdarahan.
Dengan
beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vagina dan vulva yang besar
dapat dianjurkan persalinan dengan resiko caesaria. Wanita hamil dengan keluhan
wasir untuk sementara diatasi dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung.
Setelah persalinan berakhir keluhan wasir berkurang sampai menghilang dan tidak
memerlukan tindakan lagi.
3.
Fistula
Kejadian
fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang
terjadi. Fistula terjadi karena tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin
yang telah berada di dasar panggul dan jalan lahir. Oleh karena itu setelah
melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari
kemungkinan robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.
Untuk
menghindari terjadinya fistula postpartum selalu dipasang kateter menetap
sehingga faskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan terhindar dari
nekrosis dan fistula. Operasi rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya
belum memuaskan. Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah
dirujuk pada saat mencapai garis waspada sehingga dapat dilakukan tindakan
tepat dan cepat untuk dapat menurunkan morbiditas dan moralitas. Pada kasus ibu
hamil yang pernah menjalani operasi rekonstruksi fistula, persalinan selalu
dilakukan dengan tindakan operasi secio caesaria.
4.
Hematoma
Pecahnya
pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan dapat terjadi pada saat
kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada saat persalinan. Hematoma
vulva dan vagina dapat besar disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih
aktif. Pada hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan
bekuan darah dan mengikat pembuluh darah yang pecah.
Hematoma
yang terjadi pada pertolongan persalinan saat ini sudah jarang terjadi apalagi
kehamilan grandemultipara hematoma sebaiknya mengirimkan penderita ke tempat
yang dapat memberikan pertolongan yang adekuat.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas kita
dapat mengetahui bahwa konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel
sperma dengan sel telur di dalam tuba falopi. Selain itu, kita juga dapat
mengetahui bagaimana proses terjadinya konsepsi, jenis-jenis konsepsi, serta
kelainan yang dapat terjadi pada saat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar